Rabu, 16 Juli 2008

Global Warming

Selama ini, ancaman pemanasan global menjadi isu yang menarik banyak orang. Sayang, meski bahayanya efek tersebut sering dikumandangkan, kepedulian orang masih kurang. Kecintaan terhadap kelestarian alam menjadi hal yang "mahal". Bahkan, membuang sampah-sebuah tindakan yang dianggap sepele-ternyata juga sulit dilaksanakan. Kebanyakan ketidakpedulian tersebut mungkin diakibatkan karena ketidakpahaman mengenai bahaya yang mengancam. Padahal, jelas-jelas bahaya seperti banjir akibat efek pemanasan global terus memakan korban. Dan ternyata, pemanasan global telah membuat salju abadi di Kutub Utara terancam. Sebab, untuk pertama kali dalam sejarah, wilayah kutub utara mungkin tanpa es pada musim panas tahun ini. Hal tersebut dikemukakan oleh David Barber, peneliti dari Universitas Manitoba, yang tengah melakukan ekspedisi dengan kapal pemecah es Kanada, CCGS Amundsen. Pendapat Barber didukung pengamatan langsung dan citra satelit. Data menunjukkan, sebagian besar es di Kutub Utara merupakan lapisan muda yang berusia kurang dari setahun. Lapisan tersebut terbentuk sepanjang musim dingin. Karena itu, jika panas menghadang, es tersebut akan segera mencair. Es muda memang berisiko mencair lebih tinggi dari es abadi yang terbentuk sejak bertahun-tahun. Kenaikan suhu juga berisiko mencairkan lapisan es yang lebih tebal meskipun ada peluang bertahan pada musim panas tahun ini. Yang menakutkan, perkiraan ini lebih cepat daripada prediksi selama ini. Pada model iklim sebelumnya, kawasan es Arktik diprediksi baru bebas es untuk pertama kalinya pada tahun 2013-2030. Hal tersebut menunjukkan ancaman pemanasan global datang lebih cepat. "Kita kehilangan 65 persen lapisan es di belahan utara dalam setahun," ujar David Barber. Jika es di kutub semua mencair, banjir global bisa jadi akan mengancam dunia. Tidakkah ini mengerikan? Jadi, sudahkah Anda lebih peduli?

Tidak ada komentar: